Hati-hati! Inilah Risiko Akupuntur yang Jarang Diketahui

Mantan pemain timnas wanita Inggris, Ellen White sempat membuat publik heboh dengan pengalamannya yang sempat mengalami kebocoran paru-paru akibat tertusuk jarum akupuntur. Hal tersebut dialami oleh dirinya pada tahun 2021 yang lalu ketika cedera yang dialami karena pengobatan akupuntur menjadi salah satu yang menyebabkan dirinya pensiun dini.

Menurutnya, sepulangnya dari Olimpiade beberapa waktu lalu, paru-parunya merasa tertusuk dan kejang punggung yang tidak nyaman. Hal inilah yang kemudian membuatnya merasa ingin segera pensiun sebagai pemain bola karena alasan kesehatan.

Menilik Risiko dan Efek Akupuntur

Bicara mengenai akupuntur, tentu Anda sudah sering mendengar atau malah sering menjalankan terapi pengobatan asal Tiongkok ini. Pengobatan alternatif ini diyakini dapat merangsang saraf tubuh melalui penyisipan jarum halus ke sejumlah titik tubuh tertentu.

Selain itu, akupuntur juga dapat membantu meringankan rasa sakit dan berbagai keluhan lain. Karena kepopulerannya tersebut, tidaklah mengherankan jika akupuntur sudah menjadi salah satu pengobatan alternatif yang banyak digunakan di seluruh dunia.

Sayangnya, ada beberapa risiko dan efek samping yang bisa ditimbulkan oleh pengobatan akupuntur, terutama jika tidak dilakukan secara tepat dan profesional. Berikut beberapa efek yang dimaksud.

  1. Kelelahan

Akupuntur kerap dikaitkan dengan penambahan energi, akan tetapi ternyata ada orang yang bisa merasa kelelahan setelah menjalankan terapi ini. Bahkan, tidak jarang hal ini dapat terjadi selama beberapa hari setelah pengobatan akupuntur dilakukan.

Apabila Anda mengalaminya, tentu saja Anda harus beristirahat selama beberapa hari dan menyeimbangkan aktivitas fisik. Kombinasi akupuntur dan istirahat yang cukup sejatinya akan membuat Anda sehat kembali. Akan tetapi, jika kelelahan berlanjut terus menerus, tentu Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter.

  1. Ruam pada kulit

Efek lain yang juga bisa terjadi pada beberapa orang tertentu seperti ruam, kemerahan, hingga gatal-gatal dapat terjadi terutama jika ada infeksi atau dermatitis kontak akibat stimulasi jarum. Bisa juga karena adanya alergi tertentu yang menyebabkan kulit mudah memerah dan ruam.

Hal ini biasanya terjadi dalam satu-dua hari saja. Akan tetapi, jika ruam pada kulit Anda tidak segera membaik atau malah memburuk, langsung saja hubungi dokter kulit untuk mengetahui penyebab pasti dan cara mengobatinya.

  1. Munculnya rasa sakit

Hal ini tidak jarang terjadi, terutama pada bagian tubuh yang ditusuk jarum. Selain itu, rasa sakit juga dapat timbul ketika jarum diangkat, terutama pada bagian telapak tangan maupun jari-jari kaki. Rasa kurang nyaman ini biasanya hanya akan bertahan selama 24 jam saja.

Kendati demikian, dalam kasus langka ada juga yang mengalami memar di sekitar lokasi tusukan jarum. Meski begitu, ada baiknya Anda tidak mudah panik jika mengalami hal tersebut karena sejatinya tidak lebih dari sekadar ketidaknyamanan estetika saja.

  1. Kejang otot ringan

Atau yang juga sering disebut dengan kedutan otot di luar sadar selama atau bahkan setelah dilakukan terapi akupuntur. Hal ini sejatinya cukup wajar jika Anda menjalankan akupuntur, meskipun tetap harus diwaspadai jika terjadi secara akut.

Ya, apabila salah satu bagian otot yang baru saja ditusuk jarum mengalami kejang, maka Anda harus segera memberi tahu praktisi akupuntur Anda. Apabila kejang otot tersebut terjadi secara berulang-ulang, ada baiknya Anda menghubungi dokter saraf terkait.

  1. Terjadi pusing

Pusing kepala memang bisa terjadi ketika Anda selesai menjalankan terapi, terutama jika Anda buru-buru bangkit secara cepat dari meja akupuntur tersebut. Hal ini juga biasanya terjadi pada pasien akupuntur yang ingin segera pergi dari ruangan.

Padahal, ada baiknya jika Anda menunggu terlebih dahulu di ruangan praktisi tersebut selama beberapa menit. Tarik napas dalam-dalam dan hembuskan secara perlahan. Jika sudah tidak terasa pusing lagi, Anda bisa segera meninggalkan ruangan terapi tersebut.

  1. Cedera pada organ tertentu

Apabila jarum dimasukkan terlalu dalam, risiko menusuk organ dalam seperti paru-paru bisa saja terjadi. Akan tetapi, hal ini tentu merupakan pengalaman langka dari seorang praktisi maupun pasien akupuntur yang memang sangat jarang terjadi.

Ada kemungkinan, hal inilah yang juga dialami oleh mantan pemain timnas wanita Inggris di atas di mana paru-parunya mengalami masalah setelah menjalankan terapi akupuntur ini. Oleh karena itu, pastikan kembali terapis yang menangani Anda adalah terapis profesional dan resmi sehingga risiko semacam itu dapat dihindari.

Tidak Semua Orang Boleh Akupuntur

Menjalankan akupuntur mungkin kerap menjadi pilihan banyak orang ketika mengalami suatu masalah kesehatan. Akan tetapi, ternyata pengobatan ini belum tentu cocok diterapkan ke semua orang karena beberapa alasan kondisi kesehatan seperti berikut yang dapat menyebabkan efek samping seperti di atas.

Selain berkaitan dengan alergi atau masalah kesehatan lain, berikut kondisi yang menyebabkan risiko efek samping akupuntur meningkat.

Kemungkinan pendarahan bisa saja terjadi jika Anda mempunyai gangguan pendarahan. Selain itu, Anda yang menggunakan obat pengencer darah bisa saja kurang cocok dengan terapi akupuntur ini.

Anda yang menggunakan alat pacu jantung juga sebaiknya menghindari terapi akupuntur ini. Sebab biasanya, akupuntur mencakup aplikasi listrik dengan daya yang rendah. Meski demikian, aliran listrik ini dapat mengganggu kinerja dari alat pacu jantung tersebut.

Jika Anda sedang hamil, tentu sebaiknya menghindari pengobatan akupuntur ini. Selain dianggap dapat menstimulasi persalinan, tentu akan menyebabkan kelahiran prematur. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter ahli sebelum memutuskan untuk melakukan terapi pengobatan akupuntur ini.

Read More

Dampak 3 Bulan Tidak Ganti Sikat Gigi

Tahukah Anda, Asosiasi Dokter Gigi Amerika Serikat (ADA) merekomendasikan penggantian sikat gigi setidaknya 3-4 bulan sekali. Lantas, apa yang akan terjadi jika kita tidak melakukan penggantian sikat gigi? Bagaimana efeknya bagi kesehatan gigi dan mulut?

Dampak Tidak Mengganti Sikat Gigi Secara Rutin

Apabila sikat gigi sudah terlalu lama digunakan dan tidak kunjung diganti, sudah pasti akan mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan gigi dan mulut. Berikut beberapa dampak yang bisa saja terjadi jika kita tidak melakukan penggantian sikat gigi.

  1. Rentan terkontaminasi bakteri di kamar mandi

Bisa dibilang, sikat gigi menjadi layer pertahanan pertama dalam melawan bakteri gigi dan mulut. Akan tetapi, sadarkah Anda jika sikat gigi yang ada di kamar mandi justru bisa menjadi sarang bakteri, meskipun dari cipratan air sekalipun.

Sayangnya, menyimpan sikat gigi dengan kemasan atau tutup sikat gigi bukanlah menjadi suatu solusi terbaik, namun malah akan memperpanjang masalah. Hal ini karena kondisi sikat gigi yang lembab sehingga akan mendorong tumbuhnya jamur. Jika tidak dibersihkan, sikat gigi akan menjadi gerbang masalah kesehatan gigi dan mulut.

  1. Tidak lagi membersihkan gigi secara akurat

Mengganti sikat gigi setidaknya tiga bulan sekali merupakan hal yang penting. Apabila sikat gigi terlalu lama dipakai, tentunya malah akan menimbulkan dampak buruk karena sikat gigi yang sudah rusak dan mekar akan membuat pembersihan gigi menjadi tidak maksimal.

Sikat gigi yang seharusnya bisa membersihkan sela-sela gigi dan membuang berbagai kotoran yang di dalamnya malah justru bisa mengenai bagian lain dan kotoran tidak akan terangkat sempurna. Belum lagi jika terdapat kotoran yang tidak bersih di sela-sela bulu sikat gigi, tentu saja hal ini akan membuat kotoran semakin menumpuk.

  1. Akan menimbulkan masalah gigi sensitif

Sikat gigi yang sudah rusak tentu akan lebih mudah mengenai bagian gusi dan mendorongnya hingga membuat gusi menjadi turun. Akibatnya, permukaan gigi menjadi terbuka, bahkan kemudian menimbulkan rasa ngilu pada saat mengonsumsi makanan tertentu.

Lama-kelamaan, gusi yang terbuka akan menimbulkan masalah gigi sensitif karena makanan dan minuman yang dingin, asam, atau manis sekalipun. Tidak jarang masalah gigi juga akan semakin parah karena sikat gigi yang rusak tersebut tidak segera diganti dengan ukuran yang tepat.

  1. Mengakibatkan penumpukan plak

Beberapa penelitian menunjukkan jika sikat gigi yang usang dengan bulu tumpul dan terentang kurang efektif dalam menghilangkan plak pada gigi. Itu tandanya, sikat gigi yang tidak diganti secara berkala tidak dapat menghilangkan plak secara bersih, terutama di bagian bawah garis gusi yang memiliki banyak endapan plak.

Plak yang menumpuk akan membuat komplikasi kesehatan mulut, terlebih sikat gigi yang sudah digunakan selama 3 bulan akan terkontaminasi bakteri berat. Kumpulan bakteri ini akan membuat penyakit mulut di mana gusi meradang dan gigi berlubang karena timbunan plak.

  1. Memunculkan radang gusi yang berbahaya

Sikat gigi yang malas diganti tentunya akan cenderung sia-sia, karena sikat gigi usang tersebut malah akan menyebabkan radang gusi. Hal ini bisa menyebabkan rasa sakit yang menjalar sampai ke kepala, bau mulut, hingga pendarahan gusi. Anda tentu harus waspada dan segera memeriksakan diri ke dokter.

Apabila terus menggunakan sikat gigi lama yang tidak diganti berkala, maka bakteri akan menginfeksi gigi, gusi, dan mulut Anda. Meskipun tubuh secara alami akan membentuk pertahanan terhadap infeksi tersebut, namun ada baiknya jika Anda tidak lupa mengganti sikat gigi supaya tidak terjadi hal-hal yang lebih serius.

Bagaimana Memilih Sikat Gigi yang Tepat?

Merawat sikat gigi yang tepat tentu saja bisa membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut secara lebih optimal. Selain melakukan penggantian sikat gigi secara berkala, tentunya Anda juga perlu memilih sikat gigi yang tepat, terlebih saat ini sudah banyak model dan jenis sikat gigi yang beredar di pasaran. Berikut beberapa tips memilih sikat gigi yang tepat.

  1. Bulu yang lembut

Salah satu cara memilih sikat gigi yang tepat yakni dengan mengecek apakah bulu sikat gigi tersebut lembut atau keras. Bulu yang lembut memang lebih direkomendasikan karena bulu lembut akan dapat membersihkan gigi tanpa merusak gusi maupun enamel gigi Anda.

  1. Sesuaikan dengan kebutuhan dan usia

Pemilihan sikat gigi juga sangat penting menyesuaikan dengan usia. Jangan menggunakan sikat gigi orang dewasa untuk anak-anak karena dapat melukai bagian dalam mulut. Begitu pula dengan penderita gigi sensitif ada baiknya memilih sikat gigi yang khusus supaya tidak menimbulkan rasa ngilu pada gigi.

  1. Sikat gigi dengan ujung bulat

Suatu studi pada tahun 2016 menunjukkan jika sikat gigi dengan ujung yang bulat dianggap jauh lebih baik jika dibandingkan dengan sikat gigi yang berujung runcing. Hal ini tentu saja karena ujung sikat yang runcing malah rentan mengenai gusi dan gigi sehingga menyebabkan ngilu hingga masalah kesehatan mulut lainnya.

Selain melakukan pemilihan sikat gigi yang tepat, menyimpan sikat gigi juga perlu diperhatikan. Ada baiknya Anda tidak menyimpan sikat gigi menggunakan tutup sikat yang dapat membuatnya lembab dan rentan terkontaminasi bakteri.

Simpan sikat gigi di tempat terbuka, namun hindari tempat seperti dekat toilet. Hal ini karena bisa saja bakteri pada toilet akan masuk ke dalam sela-sela sikat gigi dan menimbulkan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan masalah pada gigi.

Read More